ALUVIAL #4
Disetiap
perjalanan pasti ada batu yang menyapa langkah dan mengajak berbincang. Entah
apa maksud dari tersebut, namun kita seringkali terhenti, menatap, menyapa, dan
berbincang. Pertemuan antara langkah dan
batu terkesan menyenangkan apabila dilihat dari ekspresinya, terlihat riang
bila didengar suaraanya, dan dirasa baik-baik saja apabila kita memejam mata,
merapatkan mulut, dan memaksa otak untuk mengolah imajinasi tentang keindahan.
Semua adalah ilusi, tabu dan aku tahu betul, ekspresi bukanlah gambaran mutlak
tentang isi hati.
Aku
belajar banyak hal saat hati masih berkelana mengarungi semesta. Entah apa yang
aku cari, tentang perjalanan panjang ini seakan tanda tanya besar selalu
menghantui. Hingga pada akhirnya makna dari setiap pertanyaan dalam langkahku
tetap menjadi pertanyaan yang sangat totalitas berperan menjadi beban. Ingin
rasanya melepas semuanya, terutama tentang rasa ingin tahuku tentang sebuah hal
yang tabu. Semakin aku berambisi untuk melupa, namun ingatan semakin kuat dan
membuatku semakin bertanya.
Hingga
pada akhirnya raga ini lelah, lelah untuk mengarungi semesta tiada ujung untuk
mencari sebuah jawaban dari pertanyaan besarku. Mungkin pertanyaan itu masih
berbenak, mengarungkan diri pada rencana kala. Aku yakin jawaban akan akan
segera menyapa pada tempo hari. Karena pertanyaan ini seperti gunung, ketika ku
kejar dia menjauh dan ketika ku lelah dan berusaha berbalik arah dia malah
mendekat, dia sejenaka itu.
Mengarungkan
diri pada rencana waktu mungkin adalah cara yang tepat untuk mencari jawaban,
mengikuti alur yang sudah direncana oleh semesta. Lebih tepatnya aku adalah
partikel kecil yang ikut mengalir pada sungai, dan sampai pada akhirnya aku
bermuara.
Sampai pada saatnya aku terbawa pada sebuah hamparan luas, aku menganggap ini adalah sebuah jawaban, jawaban sekaligus pertanyaan baru dibenakku. Namun seirng berjalannya waktu aku mulai terbiasa, terbiasa dengan semua tanda tanya yang silih berganti menghampiri tanpa sebuah penyelesaian.
Ujung dari sekian tanda tanya, kau datang dan berperan sebagai berperan sebagai partikel kecil yang membawa tanda tanya besar sama sepertiku. Kita dipertemukan dalam satu hamparan oleh rencana semesta. Seiring mengendapnya waktu, ternyata tanyamu sama sepertiku. Kita adalah dua partikel yang digiring oleh waktu, bertemu dan mengendap menjadi satu, satu jawaban atas tanyamu dan tanyaku.
A
L U V I A L
(n) Endapan yang
berupa pasir halus, lumpur, atau partikel kecil lainnya yang terbawa oleh air
sungai lalu diendapkan di hamparan dataran rendah, lembah, cekungan disepanjang
aliran sungai.
A
N A L O G I
Kita adalah
partikel kecil yang bertemu atas dua tanya yang sama, hasil terbawanya arus
rencana kala dan memutuskan untuk menetap.
Penulis : Oki
Prakoso
Editor : Anonim
No comments