PRAKTIKUM, MEMPRAKTEKKAN ILMU TERAPAN, ATAU MENERAPKAN KEBIASAAN ?
Fakultas
Geografi UMS merupakan salah satu fakultas yang tidak banyak dimiliki oleh
universitas lain. Tentunya hal ini menjadi sebuah kebanggaan tersendiri karena
setiap lulusan fakultas geografi seharusnya mampu diserap oleh perusahan secara
total. Namun secara fakta tidak lebih dari 40% lulusan geografi ums mampu
bekerja sesuai dengan kompetensi yang dimiliki. Lalu bagaimana dengan setengah
lebih lulusan geografi ums yang belum bisa bekerja sesuai dengan kompetensinya
sebagai geographer ?
Prosesi
transfer ilmu dalam perkuliahan sangat mempengaruhi kualitas dari masing-masing
lulusan, apabila dalam transfer ilmu itu berjalan dengan kurang baik maka hasil
yang di terima atau hasil akhir akan kurang baik juga dan sebaliknya. Maka prosesi transfer
ilmu dirasa sangat penting dan perlu direncanakan dengan sangat matang untuk
menunjang hasil yang sesuai harapan.
Ilmu
geografi merupakan salah satu ilmu yang memiliki berbagai jenis ilmu -ilmu
terapan maka, penerapan dari teori dan prediksi ke dalam problem-problem
praktikal seperti teknologi atau teknik (biasanya dalam penelitian dan
pengembangan). Dalam hal ini kegiatan
praktikum memiliki nilai yang sangat penting dalam proses transfer nilai di
perkuliahan fakultas geografi.
Berbicara
soal praktikum, merupakan hal yang sangat
fenomenal dikalangan mahasiswa fakultas geografi. Terkadang praktikum
menjadi momok yang cukup menakutkan apabila kata deadline dan revisi muncul.
Hal ini secara terus menerus terjadi di setiap angkatan, seolah – olah
praktikum menjadi penentu hidup dan mati mahasiswa hingga tugas dosen lebih
disepelekan dari pada revisian
laporan praktikum, berani untuk membolos kuliah, titip absen, dan berbagai cara
lainnya supaya dapat mengerjakan revisian
laporan praktikum. Sebegitu lucunya kebiasaan mahasiswa geografi ums menanggapi
soal praktikum dan kuliah, seharusnya mahasiswa mampu membagi dengan adil dan
mampu melihat prioritas yang harus didahulukan.
Semua
ini muncul merupakan akibat dari doktrin
yang secara terus menerus masuk pada lubang telinga mahasiswa, sehingga secara
tidak langsung mahasiswa menjadi kebiasaan gagap
akan hal tersebut.
Kegiatan
praktikum menjadi hal yang sangat penting di fakultas geografi karena dengan
praktikum mahasiswa mampu memahami teori-teori yang disampaikan, serta
kedepannya lulusan geografi sebagian besar akan bekerja dilapangan
mempraktekkan teori-teori yang sudah dikantongi.
Kualitas
konsep praktikum di fakultas geografi ums menjadi tanduk untuk berdirinya
telur. Artinya kegiatan praktikum dapat menentukan kearah mana mahasiswa harus
berpijak kedepannya. Melihat setengah lebih lulusan geografi ums belum bisa
terserap di dunia kerja yang sesuai dengan kompetensinya, lalu bagaimana dengan
kualitas praktikum geografi ums yang telah di berikan selama ini ?
Apabila
praktikum merupakan kegiatan untuk menganalisis teori dengan merealisasikan
pada study kasus yang ada, maka
selama ini apakah mahasiswa mampu mengembangkan dan merangsang inisiatif dengan
study kasus-study kasus yang lain?
karena selama ini mahasiswa hanya melakukan apa yang di instruksikan oleh
asisten laboratorium kemudian dilanjut dengan mengejar deadline atau revisi,
tanpa ada kesempatan untuk mahasiswa mengeksplore ilmu tersebut dengan panduan
atau bimbingan asisten. Sehingga mahasiswa hanya mampu memahami hal itu-itu
saja dengan study kasus yang kurang
update, pada akhirnya mahasiswa kurang mampu mengupgrade potensi diri dengan teori-teori yang sudah diberikan pada study kasus yang baru.
Kemampuan
menganalisis suatu teori yang dituangkan pada sebuah study kasus seharusnya berjalan beriringan ketika kegiatan
praktikum dilaksanakan. Namun mahasiswa seringkali bertanya apa yang harus
dianalisis, atau tim pengajar yang sering kali mengintruksikan tentang apa saja
yang harus dianalisis. Ini adalah salah satu kegagalan dan kegagapan yang muncul akibat kebiasaan
yang dibiasakan. Kegiatan praktikum diadakan bertujuan untuk memahami dan
mengeksplore materi tersebut untuk mendapatkan pemahaman yang mutlak tanpa ada patokan analisis yang harus ditentukan
oleh asisten laboratorium. Apabila ketika menganalisis suatu teori yang
dipraktikkan masih harus sesuai dengan apa yang diharuskan oleh asiten
laboratorium maka mahasiswa akan sangat terbatas dan sangat sempit pola
berfikirnya, karena lagi-lagi ancaman revisi dan nilai yang tidak seberapa
selalu menikam bila tidak sesuai dengan ketentuan asisten laboratorium
Universitas
merupakan wadah yang berperan sebagai laboratorium, tempat tersebut untuk
menemukan pendapat dari penelitian yang sudah di lakukan. Jika benar apabila praktikum
di Geografi Ums memberikan sebuah pengetahuan, apakah dalam prosesi tersebut
terbuka debat, dialog kritis dan pendapat mahasiswa lain sebagai upaya
mahasiswa untuk memahami pada Study Kasus
baru? Atau hanya sekedar membaca dari apa yang sudah di tampilkan asisten pada Power Point?
Bukankah
selama ini mahasiswa hanya melakukan apa yang di perintahkan, dan mencotoh apa
yang biasa dilakukan dengan dipandu orang yang katanya berpengalaman, dan sejak
dulu diulang-ulang, bila tidak sesuai mahasiswa akan terpuruk dengan kata revisi dan ancaman nilai yang sering terucap
dari asisten laboratorium? Lalu sebenarnya apa yang dipelajari dalam wadah tersebut?
Atau apa yang berusaha untuk di biasakan dalam proses tersebut?
Fakultas
Geografi Ums dirasa sangat perlu untuk memperhatikan dalam konsep praktikum
ini, menghilangkan kekhawatiran mahasiswa akan kata deadline dan revisi
laporan yang telah dibuat. Karena praktikum menjadi hal yang sangat penting dan
penentu kualitas dari lulusan geografi ums dalam segi ilmu terapan di dunia
kerja.
Sekian,
terima kasih.
oleh : “Si
Tampan dan Malini”
Naaah gini nih. Opini yang bagus. Cocok dah. Lanjutkan LPM
ReplyDelete